30 November 2019

Pembelajaran Berkarakter Disekolah


Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan amanat Nawa Cita yang dicanangkan Presiden. Nawa Cita tersebut tertuang pada butir ke delapan yaitu tentang mengadakan revolusi karakter. PPK juga menyangkut  kepribadian atau akhlak siswa.
Bisa dipahami bagaimana Presiden memiliki perhatian dengan PPK karena generasi sekarang adalah generasi emas yang 30 tahun mendatang akan menjadi pemimpin. Jadi, dengan karakter yang kuat dan bagus, dapat dipastikan  kepemimpinan mendatang akan dipastikan hebat.
Begitu juga Mendikbud yang tak kalah giatnya, memerintahkan beberapa stafnya untuk mengamati  di banyak sekolah, banyak tempat, agar dicatat dimana saja tempat, atau sekolah yang mempunyai pembiasaan karakter yang kuat, agar dijadikan contoh yang harus ditiru sebagai pembiasaan  kepribadian yang harus dilakukan untuk membentuk karakter yang mumpuni.Praktek
eraturan Presiden No. 87 tahun 2017 tentang PPK merupakan pembuka ruang untuk sinergi antara antara sekolah dan komunitas yang bergerak dalam pengembangan nilai-nilai luhur. Kalangan guru dan sekolah menyambut baik perpres itu, sebagaimana tegas M Ramli Rahim (Ketua Ikatan Guru Indonesia di Harian Kompas, 8 September 2017).
Pembelajaran dengan contoh riil memperkuat pemahaman siswa. Saatnya sekolah bersinergi dengan pihak-pihak terkait. Dari 18 nilai utama yang diusung dalam karakter, sekolah menyederhanakan menjadi lima, yaitu Religius, Nasionalisme, Mandiri, Gotong Royong, dan Integritas. Penerapannya dengan praktik bukan dengan menghafal (Kompas, 8 September 2017).
Maka guru di sekolah harus menerapkan secara nyata, dengan praktek dan keteladan yang diberikan di sekolah pada saat mengadakan pembiasaan penerapan PPK di sekolah. Meskipun perlu tetap memberi tahu siswa tentang teorinya, yaitu pada saat mengadakan praktek PPK , siswa akan mampu menghayati dan mengerti apa yang dilakukan itu sebagai penerapan PPK.
Pancasila
Dalam kaiannya dengan berkebangsaan, apalagi sekarang Indonesia dalam keadaan memantapkan rasa kebangsaan dan Nasinalisme dengan NKRI harga mati, maka PPK juga harus erat hubungannya dengan Pancasila.
Nilai Pancasila dalam pendidikan karakter yang lima itu adalah sebagai berikut:
  1. Religius dalam pancasila beriman, bertaqwa, toleransi dan cinta lingkungan.
  2. Nasionalisme , cinta tanah air, semangat kebangsaan dan menghargai kebinekaan
  3. Mandiri, kerja keras, kreatif, disiplin, berani dan pembelajar.
  4. Gotong royong, kerja sama, saling menolong, dan kekeluargaan.
  5. Integritas, kejujuran, keteladanan, kesantunan, dan cinta pada kebenaran
(Sumber Litbang Kompas, diolah dengan Kemdikbud dan sejumlah pemberitaan media)
SD Muhammadiyah 1
Di SD Muhammadiyah 1, seperti juga daerah lain menyambut baik kebijaksanaan ini. PPK ini sudah dijalankan dengan baik. Di kelas saya pegang, kegiatan terolah sebagai berikut:
Pagi hari ketika bel berbunyi, siswa memulai kegiatan belajarnya dengan berbaris, dipimpin oleh siswa yang setiap hari berganti sesuai dengan urutan nomor absen agar semua mempunyai pengalaman menjadi pemimpin.
Pemimpin ini, selain memimpin baris juga memimpin serangkaian kegiatan, yaitu:
Sesudah baris masuk  kelas, siswa berdoa dipimpin oleh pemimpin baris tadi. Kemudian sesudah berdoa, kami mempunyai kebiasaan tadarus membaca Al Quran kira-kira 10 menit. Sedangkan 5 menit digunakan untuk menyanyikan lagu wajib, masih dipimpin siswa tadi.
Menyanyikan lagu wajib selesai, lalu siswa yang duduknya paling pojok sebelah kanan memberikan aba-aba untuk hormat bendera. Barulah sesudah itu, pelajaran dimulai dengan aktifitas saya dengan guru agama dan guru olah raga.
Saya membagi pembelajaran di dalam dan di luar kelas. Di dalam kelas untuk teorinya dan  di luar kelas untuk prakteknya.
Saat makan siang, siswa harus antri dengan teman sekelasnya untuk mengambil makanan di kelasnya agar kelas tertib dan tetap bersih dan juga membudayakan antri selalu meskipun sudah siang perutpun sudah terasa lapar.
Waktu Shalat Dhuhur dan asar di masjid pun selalu dipesankan untuk tertib di masjid. Karena anak-anak sering menggunakan kesempatan di masjid untuk ramai, tapi kita pesankan demikian dan dipantau. Bila terlihat ada yang kurang sikapnya maka bisa ditagih dengan komitmennya. Sesudah Shalat Asar, siswa pulang sore hari, sampai di rumah, dan tidak memikirkan dhalat asar lagi,
Hal itu semua sebagai suatu bentuk pembiasaan penerapan PPK yang menjadi tanggung jawab bukan hanya guru saja, akan tetapi juga tanggung jawab orang tua, juga pula tanggung jawab masyarakat. Trilogi ini harus sinergi dan kompak untuk generasi mendatang. Bila salah satu dari tiga itu ada yang berjalan tidak seperti yang diinginkan, cita-cita ini juga akan batal terwujud.
 Ayo, mulai dari sekarang!

Artikel Terkait

Pembelajaran Berkarakter Disekolah
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email